Sabtu, 30 Juli 2016

Love on Secret (Chapter IV)


Chapter IV
Soryy...
Drttt... Getaran handphone mengejutkanku. Aku pun terbangun dan berusaha mencari dimana keberadaan ponselku itu. Ketika ku lihat ternyata panggilan dari Reza.
“Haloo,, assalamualaikum, iya Reza udah dimana?” Tanyaku
Haloo,, waalaikumsalam, ini mau otw kesana Din. Cemana keadaan si Yoga?Kok bisa sampe masuk UGD?Sesak jantung aku baca pesanmu tadi” Terdengar kekhawatiran Reza dari sebrang sana akan sahabatnya.
“Uda gerak kemari aja dulu, nanti aku ceritain semuanya kalau udah sampe sini”
Oke,, ini aku gerak,, Assalamualaikum” Reza mengakhiri percakapan singkat kami.
“iya, hati-hati,,, Waalaikumsalam,,” Ku tutup dengan membalas salamnya.
Kutatap jendela, sekilas terlihat warna langit sudah berubah menjadi jingga padahal terakhir kulihat masih berwarna biru. Kulihat jam digital diatas meja sudah menunjukkan pukul 05.20 pm. Pandangan kualihkan ke wajahnya yang sudah nampak lebih baik dari yang kulihat terakhir kali.
“heyy,, kapan kau mau bangun ha? Kau tahu? Kau hampir membuatku gila, melihatmu pingsan gitu gak sanggup rasanya,, kau tahu apa yang ku rasakan ha? Sebenernya aku...” aku seperti orang gila ngomong sendiri, sampai tiba-tiba.
“apa yang kau rasakan ha?” Suara Yoga mengejutkanku
“Yoga, udah sadar? Cemana perasaanmu? Uda enakan?” Tanyaku penuh khawatir.
“Entah, lemas kali badanku rasanya,, Makasih ya, udah bawa aku ke sini. Kalau gak ada kamu, entah cemana aku udahan..”
“Iya sama-sama. Eh, si Reza lagi di perjalanan kemari. Kamu ada mau nitip sesuatu sama dia?”
“Ah enggak gak usah, lagi ga selera aku makan apa-apa” Dia menolak tawaranku.
“Ohh,, Yoga aku mau nanya, kamu gak ngabarin ayah atau ibumu?”
“Aku tidak mau membahasnya...”
“Tapi, kalau kamu kenapa-kenapa nanti gimana? Namanya orang tua pasti pengen tahu keadaan anaknya Yoga. Kalau kamu gak ada mau ngabarin, cemana orang tua kamu bisa tahu keadaan anaknya” Setelah aku berbicara, ekspresi Yoga berubah drastis.
“Kau..kau tau apa tentang orang tuaku ha?!! Kau tau apa tentang keluargaku ha?!! Kalau gak tau apa-apa gak usah ngomong, gak usah sok dekat, gak usah sok kenal. Kita baru jumpa beberapa hari, apa rupanya yang kau tahu tentangku ha?!! Keluar!!” Yoga membentakku sejadi-jadinya.
“Tapi.. Yoga.. aku..” dengan perasaan takut aku berusaha meredamkan emosinya.
“Kau tidak dengar ha?! Aku bilang keluar ya keluaarr!!!” Bentaknya
Tubuhku rasanya gemetaran dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku tak tahu harus bagaimana. Tanpa ku sadari air mataku mengalir. Segera kuambil ransel dan handphone ku, akupun berdiri dan melangkah menuju pintu meninggalkan kamar itu. Kamar yang awalnya penuh dengan aura kekhawatiran kini berubah menjadi kamar yang penuh emosi dan amarah. Aku masih belum paham apa aku salah bicara atau bagaimana. Iya, aku tahu kata-kataku tadi seperti sok menasehatinya, tapi aku mengatakan hal itu juga untuk kebaikan dia dan keluarganya bukan ada maksud apapun.
Kuraih gagang pintu, sejenak aku terdiam di sana. Sambil mengusap air mataku, aku menyempatkan diri menoleh kebelakang memastikan keadaannya benar-benar sudah baikan. Kulihat dia menatap jendela yang ada di sebelah kanannya. Beberapa detik aku menatapnya, berharap dia mau memalingkan wajahnya dan membalas tatapanku. Tapi, itu tidak mungkin akupun berlalu meninggalkan kamar itu.
Reza’s Part
Aku memarkirkan mobilku, mematikan mesinnya, dan mengambil buah-buahan yang kubeli di perjalanan tadi. Segera aku keluar, dan berjalan menuju meja resepsionis. Awalnya aku menelpon Dinda untuk bertanya dimana kamar Yoga di rawat, tetapi dia tidak mengangkatnya sama sekali jadi terpaksa aku harus bertanya dengan  perawat yang ada di meja resepsionis.
“Permisi, mbak mau nanya. Saya mau jenguk teman saya namanya Ananda Yoga Pratama Putra. Dia masuk rumah sakit ini tadi siang, kamarnya nomor berapa ya mbak?”
“Sebentar ya mas. Oh, kamarnya no 201 di lantai 2 ya mas. Kalau dari sini naik lift, keluar dari lift mas ambil jalan yang kekanan, kamarnya paling ujung sebelah kanan” mbak perawat itu menjelaskan detailnya padaku.
“Oke, terima kasih banyak ya mbak”
Kakiku mulai melangkah menuju lift, dan menekan tombol menuju lantai 2 sesuai petunjuk perawat tadi. Kulihat jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 06.00 pm. Apa aku menginap di sini aja ya nemeni si Yoga pikirku. Kasihan dia kalau di tinggal sendirian, mana mungkin si Dinda bisa menginap disini. Dengan penuh pertimbangan aku memutuskan untuk menginap di sini menemani Yoga. Lift terbuka dan aku melangkahkan kaki menuju kamar Yoga.
Tok..tok..tok “Yoga aku masuk ya,,” pintu ku ketuk dan minta izin dia untuk masuk kedalam
“Iya, masuk aja” Aku membuka pintu setelah mendapat izinnya, tapi situasi didalam mengejutkanku.
“Loh Ga, si Dinda mana? Bukannya dia yang ngantar kau kemari ya?” aku masuk ke kamarnya dengan penuh tanya.
“Dia pulang, ada urusan katanya” Jawabnya singkat
Kupandangi ekspresi sahabatku itu, dengan mudah ku tebak dia berbohong.
“Kau berbohongkan, pikiranmu berbicara lain padaku. Kau merasa bersalah, kau memakinya, dan kau mengusirnya kan? Itu semua karrna dia bertanya tentang ayah ibumu kan?” Aku menebak dan Yoga tertunduk pertanda tebakanku benar.
“Ya ampun, ayolah Yoga masa’ karena hal sepele gitu kau memarahi dia habis-habisan sih. Dia kan gak salah menanyakan tentang ayah ibumu, pertanda dia juga mengkhawatirkanmu dan kedua orang tuamu. Yah, walaupun dia tidak tahu bagaimana keadaan latar belakangmu yang sebenarnya.” Aku mencoba menasehatinya.
“Susah memang ya punya kawan yang bisa baca pikiran orang. Sedikitpun gak bisa berbohong. Tapi Za, dia menasehati aku menceramahi aku seolah-olah dia tau segalanya. Aku paling gak suka sama orang yang sok tahu sama kehidupan pribadiku.” Yoga mulai membela diri.
“Tapi Ga, diakan gak tahu sama sekali kan tentang latar belakangmu. Diakan,,,” belum selesai aku bicara dia memotong.
“Kalau memang gak tahu ya jangan sok tahu, sok-sok menasehati segala.”
“Ahh,, terserahmu Ga. Apa dia menangis sewaktu kau usir tadi?”
Yoga hanya terdiam dan mengalihkan tatapannya kembali kearah jendela. Kutangkap ekspresi penuh penyesalan dari wajahnya. Aku tau dia sangat menyesal berkata kasar ke Dinda. Karena aslinya Yoga bukan lah pemarah, apa lagi sama wanita dia luar biasa baik. Hanya hal tertentu yang membuat dia berubah kepribadian salah satunya tentang orang tuanya.
“hmm.. setelah masuk kampus nanti kau harus minta maaf sama dia. Oh iya, apa kata dokter? Apa Dokter sudah mengunjungimu?”
“Beberapa menit sebelum kau datang Dokternya datang kemari tadi. Katanya aku terkena Diare. Memang akhir-akhir ini perutku terasa aneh dan selalu kekamar mandi. Puncaknya tadi siang setelah makan soto. Salahku juga terlalu banyak sambal yang kutambahkan, terkahirnya pertuku semakin menjadi-jadi. Tapi kata dokternya besok aku udah boleh pulang kok” Jelasnya.
Handphone ku berdering, ku lihat panggilan dari Dinda. Perasaan resah menyelimutiku.
“Halo,, assalamualaikum Dinda, kenapa?” Tanyaku
“Za,, tolong za,, please cepet kemari Za,, rumah kami za,,” Suara kericuhan dan isak tangis Dinda terdengar jelas di seberang sana.
“Kenapa rumahmu Din?” Tutt....tutt...tutt.. Belum sempat aku bertanya dengan jelas suara Dinda menghilang.
“Ga, Dinda ga,,,”
To be Continued.....

Jumat, 29 Juli 2016

Love on Secret (Chapter III)


Chapter III
Kau kenapa?

Tok..tok..tok...
“Permisi pak boleh saya masuk?”
Seseorang berdiri di depan pintu. Semua mata pun tertuju padanya. Padahal sesaat sebelumnya semua tertuju pada Pak Didi dosen Kalkulus yang sedang bercerita sejarah kehidupannya. Biasalah, diawal masuk kuliah pasti para dosen masih melakukan perkenalan dengan mahasiswa yang baru dikenalnya. Jangankan di bangku kuliah, bangku SMA pun sama halnya.
“Kamu kenapa terlambat?” tanya pak Didi
“maaf pak, tadi ada urusan mendadak” Jawab pria yang masih berdiri di depan pintu itu.
“Yasudah, silahkan masuk. Kali ini Bapak maafkan. Dengar semuanya, saya tidak mentolerir yang namanya keterlambatan ya. Mau itu terlambat 10 menit, 5 menit, bahkan 2 detik sekalipun. Kecuali dengan alasan yang jelas dan masuk akal baru saya izinkan masuk. Paham semuanya?” Jelas Pak Didi.
“Paham pak...” satu kelas serentak menjawab pertanyaan Pak Didi.
“Baik mungkin sampai disini saja untuk hari ini,, kita berjumpa lagi lusa dan selamat siang”
“Siang pak...” semua kembali menjawab salam Pak Didi.

Yoga berjalan sambil memegang perutnya menuju kearahku dan Reza. Brakk.. dia duduk menghempaskan tubuhnya ke bangku di sebelahku.
“Heh, kok wajahmu pucat? Kau kenapa? Sakit?” tanyaku mencoba memperjelas keadaannya.
“Ciyee,, khawatir niyee,,, ciyee peduli niyeee” Reza mencoba mengejekku sambil memasukkan bukunya kedalam ransel.
Plaakkk,, sebuah pukulan kulayangkan ke kepalanya.
“Aiishh,, kau memang perempuan yang kasar. Sakit bodoh!! Eh, tapi benar kau pucat dan berkeringat, apa kau baik-baik saja?” Reza juga mulai khawatir pada keadaannya.
“Aku... gak apa-apa,, Cuma sedikit sakit perutku. Apa kita ada kuliah lagi?” Jelasnya sambil tertunduk lemas.
“Enggak, gak ada lagi. Tadi kuliah kita yang terakhir. Sebaiknya kau pulang” Jawabku.
“Baiklah kalo gitu aku duluan ya”
Diapun berjalan meninggalkan kami yang masih riuh mengobrol di dalam kelas. Sungguh demi apapun aku menghawatirkannya. Dia sebenarnya kenapa ya? Apa dia baik-baik saja? Atau aku ikut mengantarnya pulang saja ya? Pikiranku mulai kacau. Aku bingung harus bagaimana membantunya.
“Kalau memang sebegitu perhatiannya dan khawatir, anterin aja dia pulang sana” Tiba-tiba suara Reza muncul di telingaku.
“Susah ya punya teman yang benar-benar bisa baca pikiran orang. Susah mau jaga rahasia. Huuhhh. Tapi apa menurutmu dia baik-baik saja?”
“iya, tentu saja dia akan baik-baik saja. Waktu SMA dia dulu juga pernah kayak gitu” Reza mencoba menenangkanku.
“ooh,,, Ha? Waktu SMA kau bilang?” Aku kaget mendengar penjelasan Reza tadi.
“Iya, waktu SMA. Kenapa? Kau kaget kalau kami satu SMA dulu? Kami uda bareng dari SMP bahkan. Makanya aku uda kenal betul luar dalamnya dia” Jelas Reza
“Ha? Luar? Dalam? maksudmu....” tiba-tiba aku berfikir erotis.
“Bukan begitu bodoh. Kau ini bukan Cuma kurang ajar, bodoh, tapi juga mesum ya. Maksudku itu sifat dia, kebiasaan dia kayak gitulah.” Dia mencaciku.
“Aku gak ada berfikir mesum ya” Aku mencoba membela diri.
“Masih mau berbohong samaku ha?” ancam Reza sambil melotot.
Aku diam saja. Ketika aku akan bangkit dari bangku kulihat Dia masih berdiri di depan pintu berbicara dengan seseorang yang postur tubuhnya lebih tinggi dari Dia. Seketika aku langsung berlari menuju kearahnya, dan ku dengar.
“Mau ngapai kau pulang ha? Masuk dulu, kita mau ngobrol-ngobrol dulu di dalam. Jadi ga boleh ada satupun yang keluar dari kelas” Teriak seseorang itu, yang ternyata adalah senior kami Bang Yuda.
Dia adalah orang yang sangat aku benci. Waktu PMB dulu aku pernah diangkatnya dan hampir dimasukkan ke selokan sisa pembuangan toilet fakultas karena aku melawannya.

FLASHBACK
Saat kegiatan PMB
“Hey kau, gadis berwajah aneh sini dulu” Teriak seorang senior yang aku tidak kenal.
“huuhh...Iya, kenapa bang?” Aku mendengus malas sambil berdiri.
“Pijit dulu kakiku. Pegal ini berdiri aja dari tadi ngeliatin muka-muka kalian yang aneh-aneh ini” Pintanya.
“Suruh siapa abang berdiri? Dan suruh siapa abang ngeliatin muka kami?” Jawabku sedikit melawan.
“Heh! Dasar anak kurang ajar. Melawan kau ya! Ha!!” Sambil teriak dia mengangkat tubuhku dan membawaku kearah selokan air yang sumpah itu sangat kotor, bahkan airnya saja hitam.
“Heyy!! Apa-apaan ini!! Turunin aku!! Cepattt!!!” Teriakku sambil memukul mukul punggungnya
“Minta ampun dulu baru kuturunin, atau ku lempar kau kesolakan yang paling jernih di kampus kita ini ya!!” Teriaknya sambil bersiap untuk melemparkanku.
“Sial!! Ampun bang ampun, aku minta maaf kalau udah kasar. Kalau abang turunin aku, aku janji bakal pijitin kakimu bang. Janji!” Bujukku.
“Kau janji? Kau janji akan mulai berbicara sopan pada seniormu? Kau janji tidak akan meninggikan suaramu pada seniormu bagaimanapun situasinya ha? Kau bisa janjikan itu?” Bertubi-tubi dia melayangkan pertanyaan padaku.
“Iya bang, aku janji” Jawabku
“bilang dulu, Saya habis itu sebutin namamu, akan berjanji gak akan bersikap kurang ajar lagi dan akan berbicara sopan pada senior apapun situasinya. Yang kuat ya, sampe temen-temen mabamu yang lain dengar” Pintanya sambil masih mengarahkan tubuhku kearah selokan terkutuk itu.
“Saya Dinda Nur Khasanah akan berjanji gak akan bersikap kurang ajar lagi dan akan berbicara sopan pada senior apapun situasinya!!!” Teriakku sekencang-kencangnya di dekat telinganya. Waktu itu berakhir dengan aku memijat kakinya seharian.

BACK
“Maaf bang, mau ada apa ya?” Tanyaku sama bang Yuda berusaha sesopan mungkin.
“eh,, ada Dinda si anak kurang ajar. Ini Dinda kawanmu mau pulang, padahal kami mau ngobrol-ngobrol sama kalian semuanya. Coba kau bujuk dia biar dia ikutan ngobrol-ngobrol” Pinta bang Yuda.
“Begini bang, tidakkah abang liat dia udah pucat begini? Keringat dimana-mana? Dari tadi dia uda menahan sakit perutnya. Nanti semisalnya dia ikut terus mati didalam abang mau tanggung jawab? Tiba-tiba di koran muncul Seorang mahasiswa baru mati di kelas akibat ngobrol-ngobrol dengan seniornya. Apa abang mau terjadi hal kayak gitu?” Ceritaku panjang lebar agar bang Yuda mau mengijinkannya pulang. 
Dia melotot kearahku “Mati?” bisiknya
“ssttt,, diem aja,,” ku senggol-senggol lengannya.
“Ah, benar juga. Yasudahlah pulang sana. Kau yang mengantar ya Dinda”
“eh, kenapa harus aku bang? Banyak itu temen-temen yang lainnya” Protesku, karena takut kalau sempat berduaan sama Dia bisa pingsan aku nanti. Saat kulirik Dia sudah tertunduk dari tadi, dan keringat mengucur dari lengannya yang putih itu.
“Kau tidak mau? Nanti kalau muncul di koran Seorang mahasiswa mati dijalan akibat temannya tidak mau mengantar dia pulang. Kau mau jadi tersangkanya ha?” Bang Yuda mencoba membalikkan kalimatku sebelumnya.
“Ah, salah aja aku ya bang. Ya sudah, kami pergi dulu ya bang” buru-buru aku menggeret lengannya yang sudah basah dan berjalan menuju parkiran. Meninggalkan senior-senior gila itu.

Diperjalanan menuju parkiran mobil
“Apa menurutmu mereka benar-benar mau mengobrol?” Tanyanya padaku.
“Apa kau pikir begitu? Tentu saja tidak, pasti mereka mau membentak habis-habisan yang didalam sana” Jawabku.
Sungguh demi Rihana yang nyanyi Payung-payung, jantungku berdegup sangat cepat sekarang. Aku seperti mau pingsan. Lengannya sedang ku pegangi sekarang, dan tubuh kami sangat dekat. Ya ampun sampai kapan aku bakal kayak gini ya. Kami pun sampai di parkiran. Dia mengeluarkan kunci mobilnya dan mulai membukanya. Honda mobilio itupun terbuka dan aku memapah dia masuk kedalam.
“Sini aku aja yang nyetir, nanti kau pingsan” Pintaku
“Kau bisa menyetir mobil?” dia terkejut.
“Iyah tentu saja, jangan meremehkanku ya haha” aku tertawa peuh kebanggaan.
Aku mulai melajukan mobil menuju rumahnya. Belum sempat aku menanyakan rumahnya dimana kulihat ke samping kiriku Dia sudah tersandar lemas dengan keringat yang semakin banyak dan nafas yang tersengal.
“Hey,, bangun,, kita ke rumah sakit aja ya,, jangan pingsan dulu,,”
Rasa panik gak karuan menyelimuti seluruh tubuhku, aku gak terlalu tahu kota ini. Yang ada di otakku hanya Rumah Sakit.... Rumah Sakit... dan Rumah Sakit.. Seketika aku melihat Rumah Sakit yang cukup besar bertulisakan “Rumah Sakit Bina Husada”. Langsung aku membanting setir mencari tempat parkir mobilnya.
“UGD,,,tolong,,, mbak suster tolong temen saya di mobil sedang kritis” Teriakku memanggil seorang suster yang baru keluar dari UGD.
Dia langsung di bawa menuju ke UGD oleh dokter dan suster yang ada disana. Sayangnya aku tidak di izinkan masuk kedalam untuk memastikan keadaannya. Ya ampun, kau kenapa sih.....
To be continued....

Love on Secret (Chapter II)


Chapter II
Can you hear my voice?

Tiba-tiba Dia bangkit mengambil sendok makanku, mengambil soto ayamku, dan menyeruputnya.
“hmm,, enak... Dinda beli di kantin yang mana, aku maulah,,,,” wajahnya cukup dekat denganku.
Aku terdiam dan menatap wajahnya, sungguh demi Tuhan aku tidak tahu perasaan ini, aku merasa sesak di dadaku, aku merasa jantungku mau lepas ketika melihat mata dan bibirnya, bahkan ketika mendengar suaranya.
“Wooyy,, Dinda aku rasa kau memang sedang di rasuki, kau tadi main kemana aja?” Reza mencoba menyadarkanku dari lamunan singkatku
“ha? Dirasuki? Apa kau bercanda? Aku orang paling taat beribadah di keluargaku ya, jangan salah huuhh” keluh ku.
“Disana aku pesannya, bilang aja soto ayam satu porsi, terserah kau mau pake nasi atau tambah perkedel, bilang aja sama kakaknya, mereka ramah kok” terangku kepadanya seraya mengambil sendokku dari genggamannya.
“okeoke,,” sambil beranjak dia meletakkan tasnya diatas meja. Kulihat ada mainan tas bertuliskan ‘Jambi’ salah satu kota besar yang ada di pulau Sumatera ini.
Oh iya, apa aku sudah berkata pada kalian dimana aku kuliah? Yah aku kuliah di salah satu universitas swasta yang cukup bagus di Padang. Aku asli dari Pekanbaru, sebuah kota yang terkenal dengan perkebunan sawitnya. Bahkan semakin terkenal setelah insiden kebakaran hutan sawit yang berhari-hari tak padam juga. Berkat insiden itu, kota kelahiranku semakin mendunia.
Bukannya aku tidak mau masuk sekolah negeri, aku sudah mencoba untuk masuk kedalam kampus yang katanya biaya kuliahnya murah itu. Tapi, rezeki masih belum berpihak kepadaku. Selain karena faktor rezeki tadi, faktor dari orang tua juga. Yah, org tuaku melarang aku kuliah di tempat lain selain di Padang, karena disana terdapat sanak saudaraku yang bisa menjagaku. Karena tidak bisa masuk Universitas Negeri yang ada di Padang, yang Swasta pun tidak apalah, toh pun sekolah Swasta sekarang sudah hampir sama derajatnya dengan sekolah Negeri pikirku. Dan disinilah aku sekarang, berada di jurusan Teknik Informatika dan duduk dikantin bersama dua orang teman baru yang konyolnya luar biasa.
Ah, aku lupa memperkenalkan pada kalian. Seorang teman yang pertama kali kukenal sebagai mahasiswa baru di jurusan ini, teman yang berjuang bersama-sama ketika pedihnya PMB menyelimuti, hingga akhirnya Reza disini mengajak Dia duduk makan siang bersamaku. Namanya Reza Aldiansyah Hasibuan memiliki wajah yang bisa dibilang tampan, dengan kulit putih dan rambut hitam kelam yang juga menghiasi kepalanya. Ciri khasnya yang selalu menggunakan headphone membuat dia gampang dikenali. Sedangkan Dia, orang yang papasan denganku di persimpangan menuju toilet tadi. Orang yang membuatku tercengang dengan senyuman dan lesung pipinya. Orang yang membuat waktu disekitarku berhenti sejenak ketika menatap matanya. Orang yang membuat seluruh tubuhku tertuju padanya. Namanya Ananda Yoga Pratama Putra, Tingginya sekitar 174 cm dengan tubuh yang bisa dibilang tidak kurus dan tidak gemuk, kurasa bisa dikatakan tubuhnya ideal. Kulitnya putih, dengan sedikit bulu menghiasi lengannya. Merekalah teman baruku, teman dekatku. Padahal baru sehari tapi sudah mereasa kenal lama, sebab selama makan siang aku tak habis-habisnya dibuat tertawa oleh tingkah mereka berdua yang konyolnya enggak habis-habis.
“Dinda, kira-kira ada enggak maba seangkatan kita yang handsome menurutmu? Atau ada yang kamu pengen gebet gitu?” sebuah pertanyaan bodoh terlontar kepadaku dari Yoga.
“hey, apa kau sudah gila? Baru beberapa hari juga kenal dengan mereka, uda main gebet-gebet aja” pungkasku.
“eh, gak apa-apa loh Din, itung-itung sambil menyelam minum air, yakan Za,,,hahaha” Yoga tertawa untuk yang kesekian kalinya.
Sungguh aku gak bisa melihat senyum dan tawanya, aku merasa seluruh tubuhku melemas. Ada apa ini sebenarnya, kenapa perasaanku seperti ini ha? Tidak-tidak, aku pasti salahkan? Iyakan? Apa aku sudah gila? Ayolah Dinda, bangun woyy banguun. Jangan menghayal.

Setelah makan siang aku, Reza, dan Yoga berjalan kembali ke ruangan kelas untuk masuk ke jam kuliah berikutnya. Di persimpangan antara jalan ke kelas dan ke toilet, Yoga tiba-tiba berubah haluan menuju toilet. Melihat tempat ini tiba-tiba aku teringat kejadian tadi pagi saat aku bertemu dengannya. Suara Reza memecah lamunanku.

“ehh, kau, mau kemana?” kelas kita selanjutnya kearah sana, bukan kearah toilet” Jelas Reza sambil menuju ruang kelas yang paling ujung, dekat dengan pohon beringin tua yang rimbun dan hiasan meja serta kursi batu dibawahnya. Sepertinya tempat itu memang di design menjadi tempat duduk dan bersantai bagi mahasiswa sekitar sini.
“Iya sebentar, ada panggilan alam aku gak kuaat,,,” Yoga mempercepat langkahnya.
“Sudahlah, biarkan mungkin dia gak tahan dari tadi. Kita menunggunya atau duluan?” tanyaku
“Udah, tinggalin aja dia udah besar kok. Kalo kamu mau disini dan nyebokin dia gak masalah haha,,,” Reza mulai melawak.
Bodohnya aku bukannya tertawa malah terdiam.
“Kau menyukainya kan? Saat dia tertawa kau merasa jantungmu berhentikan? Kalian berpapasan di tempat ini kan? Dan kau masih terus memikirkannya sampai sekarang” tiba-tiba Reza mengeluarkan kata demi kata yang tidak ku mengerti dari mana dia tahu semua kata itu. Kata-kata yang jika di gabungkan akan menjadi kalimat yang membuat otakku sulit  mencerna dan memahaminya.
“Da..da...dari mana kau tahu ha? Ada-ada aja, enggak mungkinlah aku berfikiran segitunya sama orang yang baru ku kenal, apa lagi sampe jantungnya berhenti, lebay kau ah” aku mencoba berkilah.
“haha,,aku punya satu rahasia, dan hanya kau yang akan ku beri tahu. Aku bisa baca pikiran orang loh” Reza berbisik.
“Ah,,, masa’?” aku mulai bertanya sok penasaran.
“eh, beneran,, sumpah kagak bohong” dia mencoba membuatku percaya.
“Bodoo....” teriakku sambil aku terus berjalan meninggalkannya.
“eh, heyyy,,, dasar anak kurang ajar,, heyyy” teriaknya sambil berlari mengejarku.

Sampai di kelas, aku mengambil bangku lorong ketiga, barisan ke 3 dari pintu. Reza meletakkan buku di meja sebelah kananku, dan tiba-tiba dia melemparkan tasnya di meja sebelah kiriku.
“rusuh kali ya Za, biar apa kayak gitu Za?” keluhku kesal karena tas yang dilemparnya mengenai kepalaku.
“biar kau bisa dekat-dekat sama Dia,,hihi” Reza mulai cekikikan.
“Jadi, kau meletakkan bukumu disini sebagai tanda kalau bangku ini uda ada yang nempati? Dan yang nempati itu temen kamu yang lagi mendapat panggilan alam?” aku mencoba memperjelas maksudnya sambil mengeluarkan handphone dari tas ranselku.
“nah kan, kamu memang suka dia kan? Padahal yang ku maksud bukan teman kita yang sedang melapor di WC itu, tapi itu si Rangga haha” balasnya sambil menunjuk teman kami Rangga yang asik tertawa bersama teman-teman yang lain di belakang.

Aku memutar badanku kebelakang sambil berfikir “Aiihh,, bodohnya aku. Apa aku kentara kali ya kalau aku tertarik padanya?”
“iya, kau memang bodoh dan terlalu kentara”. Jelas Reza sambil mengenakan headphone yang dari tadi menggantung di lehernya dan mulai membaca novel yang bercoverkan sebuah perahu di lepas pantai.

Brakkkk.... aku menapis novel yang sedang dibacanya.
“apa sih..” teriaknya.
“tadi kau bilang apa ha? Bisa kau ulangi?”
“IYA, KAU MEMANG BODOH DAN TERLALU KENTARA. Masih kurang jelas? Bisa kutulis di kertas dan ku masukkan ke telingamu” Reza kembali mengulangi kata-katanya tadi.

Aku tercengang, karena apa yang di katakannya persis seperti yang aku pikirkan. Rasa penasaran menyelimutiku, aku mencoba berkata dalam pikiranku sendiri.
“Apa si bodoh ini benar-benar bisa membaca pikiran orang? Hey anak bodoh, kau mendengarku?”
“iya, aku mendengarmu anak kurang ajar. Aku bisa membaca pikiran orang, kan aku sudah mengatakannya padamu, dan satu lagi aku bukan anak bodoh ya. Ingat baik-baik IQ ku 220 setara dengan IQ Leonardo da Vinci, jadi aku bukan si anak bodoh, paham?” dia mencoba merepet padaku.
“haaa,,,” aku menutup mulutku dengan ekspresi terkejut setengah mati.
“jadi, kau benar-benar bisa membaca pikiran orang Za?” tanya ku kembali.
“apa perlu aku mengatakannya 1000 kali padamu nona?  Atau aku perlu mengejakan hurufnya. Iya Dinda Nur Khasanah, A-K-U   B-I-S-A   B-A-C-A   P-I-K-I-R-A-N-M-U” dia mengejakan maksudnya untukku seolah akulah si anak bodoh.
“Siaall” Pikirku.
To be Continued......................

Love on Secret (Chapter I)


Chapter I
How I know you..

Maret 2016
07.25 pm
Aku baru saja berangkat dari rumah menuju Bandara untuk menjemput sepupu dekatku yang pulang dari luar negeri. Dia baru menikmati liburannya setelah hampir dua tahun tidak pulang ke Indonesia demi studi yang harus dijalankannya di salah satu Universitas ternama di Australia. Rasa lelah menyelimuti seluruh tubuhku akibat macet yang luar biasa di jalan tol, dan aku harus berjam-jam duduk di mobil hingga sampai di Bandara. Sesampainya di Bandara aku langsung mencari tempat parkir yang terdekat agar tidak perlu kami berjalan jauh nantinya. Langsung aku menuju kearah pamflet bertuliskan “Kedatangan Luar Negeri” yang aku yakin dia pasti akan keluar dari balik pintu yang tergeser otomatis itu. Berjam-jam aku kembali duduk sambil mendengarkan mp3ku. Lagu Love Your Self nya Justin Bieber pun mengalun di telingaku. Ketika mendengar lagu ini, seketika jantungku terasa sesak dan tiba-tiba teringat kenanganku bersamanya dulu, sekitar 2 tahun silam.
“Hmmpppphh haaahhhhhh,,, bodohnya aku,,,” akupun berusaha menarik nafas dan menggumam mencoba menyadarkan diriku sendiri atas lamunanku sambil memejamkan mata dan tertunduk mencoba menyapu bersih semua kenangan lama itu.
“Heh, awas sobek gendang telingamu asik pake headset aja” sebuah suara mengagetkanku. Ketika aku menoleh kebelakang ternyata sepupuku itu telah tiba.
“Oh, uda sampe?” jawabku sekenanya.
“Hey, apa kau tidak merindukanku? Setelah bertahun-tahun gak jumpa dan komunikasi hanya lewat video call, kau masih tidak merindukanku sama sekali? Tidakkah kau mau memeluk sepupumu yang super duper cantik ini ha?” panjang kali lebar kali tinggi dia merepet di depanku.
Sambil melepas headset ku aku mulai memeluknya “heh gausah peke marah-marah berapa bayarnya ha?” aku membela diri.
Kulihat wajahnya, dan kamipun tertawa bersamaan. Ayu, Sandra Ayu Purwaningsih lengkapnya adalah sepupuku yang paling dekat, sepupu yang paling aku sayangi dari aku kecil hingga saat ini. Kami sudah seperti saudara kembar karena dimana ada aku selalu ada dia, sampai dia harus melanjutkan studinya di luar negeri. Banyak rahasiaku terbagi dengannya, begitu juga dengan dirinya. Dan tentunya ada rahasiaku yang tidak dia ketahui, dan mungkin ada juga rahasianya yang pasti tidak aku ketahui. Karena setiap manusia pasti memiliki setidaknya satu buah rahasia yang siapapun tidak boleh tahu, kalau bisa Tuhan sekalipun.
Diperjalanan dia cerita semua pengalamannya dan aku hanya menanggapi sekenanya karena rasa kantukku yang mulai menyerang namun aku harus tetap fokus menyetir. Kulirik jam tanganku sudah menunjukkan pukul 10.30 pm. Kulihat Ayu sudah mulai tertidur, mungkin dia kelelahan tambah lagi ceritanya tidak terlalu ku gubris. Langsung kupacu mobilku lebih cepat lagi agar bisa segera sampai rumahnya.
Setelah mengantar Ayu, akupun bergegas pulang kerumahku yang berjarak 20 menit dari rumahnya. Pukul 11.25 pm aku memarkirkan mobilku di garasi. Langsung aku menuju kamarku untuk ganti baju dan bersiap istirahat. Namun, entah kenapa aku ingin mengunjungi dunia mayaku sekelak, ketika melihat wall ku dalam sekejap hilang semua rasa lelahku ketika melihat di namanya terdapat tanda hijau pertanda dirinya sedang on juga. Sangat senang walaupun hanya melihat namanya saja, sangat senang walau hanya melihat fotonya saja, bahkan sangat senang jika aku bisa menerima pesannya dan mendengarkan suaranya. Yah, aku tau ini salah, jika orang lain tau pasti mereka juga akan melarang perasaan ini, bahkan Tuhan pun pasti akan melarang adanya perasaan ini. Tapi sungguh, aku benar-benar tak tahu harus bagaimana. Tepat bulan Agustus 2013 diawal pertemuan itu seluruh tubuhku tertuju padanya. Meskipun di pertengahan jalan aku berusaha semampuku untuk menghilangkan perasaan itu.

FLASHBACK
Agustus 2013 (Silam)
Hari yang paling ditunggu para mahasiswa barupun dimulai, yaitu hari pertama masuk kuliah, hari pertama kali menyandang status resmi sebagai mahasiswa setelah melewati kegiatan PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru). Ya, hari ini kami di wajibkan untuk bisa menghafal semua nama teman satu kelas kami, dan kericuhan pun di mulai.
“halo kenalin aku Anisa Wulandari, panggil aja Nisa nama kamu siapa?” seorang cewek tiba-tiba berdiri di sampingku sambil mengulurkan tangannya dengan tujuan untuk berkenalan. Cukup cantik, dengan balutan hijab warna biru donkernya, di tambah kemeja, jeans, dan ketsnya dengan warna senada ditambah lagi lesung pipi dan gingsul di giginya. Wah, dia cantik pikirku
“oh, halo aku Dinda, Dinda Nur Khasanah. Salam kenal Nisa” kataku membalas sapaannya sambil berusaha tersenyum manis biar gak kalah cantik sama dia.
“halo aku ridho” suara dari sudut belakangku
“haii aku rangga” suara dari samping kananku
“aku dimas” suara dari atasku
“Aku ratna” suara dari bawahku
“Aku putri” suara dari alam qalbu ku
“aku...” “aku...” “aku...” suara yang entah dari mana-mana. Otakku serasa mulai berputar dengan keriuhan ini karena semua sibuk dengan urusan masing-masing untuk saling berkenalan. Akupun merasa jenuh dan risih dengan situasi itu dan akhirnya memutuskan untuk izin ke senior keluar dengan alasan ingin buang air kecil. Pada saat itu kami masih harus di pantau oleh senior kami karena status kami yang masih sebagai mahasiswa baru. Setelah mendapat izin aku pun berjalan dengan santainya berusaha menikmati sedikit ketenangan di luar ruangan itu sambil menuju kearah toilet. Sesampainya di persimpangan ke arah toilet aku di kejutkan oleh seseorang yang tampaknya terburu-buru.
“eh maaf ya” katanya sambil tersenyum.
Akupun hanya terdiam melihat ekspresinya. Sambil melewatiku dia hanya terus berlarian menuju arah yang berlawanan denganku, dan aku hanya melihat punggungnya saja yang meninggalkanku. Dalam waktu singkat dia berhasil menarik perhatianku dan membuatku penasaran akan dirinya
“Siapa dia?”
Setelah berleha-leha di luar aku pun segera kembali masuk ke dalam kelas takut kena sembur sama senior yang galaknya luar biasa. Sambil melangkah ke arah kursiku, sebuah pemandangan yang tak asing menyapaku. Ya, aku melihatnya lagi di dalam ruangan itu dan ternyata dia juga mahasiswa baru di jurusan ini. Dia berada tidak jauh dari tempat aku duduk, hanya berjarak empat kursi saja. Dari tempat aku duduk aku hanya mampu memandang bagian belakang tubuhnya. Setelah senior kami cuap-cuap kami pun keluar untuk istirahat makan siang dan akan malanjut ke jadwal kuliah berikutnya.
O iya mungkin kalian bertanya-tanya dipertengahan cerita tadi aku menyebutkan awal masuk kuliah, tapi kenapa yang masuk malah senior dan bukan dosen, yakan? Yah walaupun di kalender seharusnya ini sudah masuk kegiatan kuliah, tapi jurusan kami belum aktif menjalankan kegiatan perkuliahan karena jadwal yang masih banyak bentrok jadi dosen masih enggan untuk hadir dan memberi pertuah-petuahnya kepada kami. Oleh karena itu situasi ini di manfaatkan senior kami untuk menggembleng kami menjadi insan yang bermartabat.
“Heyy, melamun aja kau” sebuah tepukan mendarat di pundakku.
Dan hal yang paling mengejutkanku hingga membuatku terdiam cukup lama adalah “siapa” yang mengejutkanku itu. Yah, dia adalah orang yang tadi. Orang yang berpapasan denganku saat ke toilet tadi.
“eh, enggak kok gak melamun” jawabku sekenanya.
“kami boleh gabung makan siang disini?” si Reza mulai mengutarakan maksud kedatangannya.
“iya boleh lah” jawabku dengan senang hati.
Dalam cerita ini, cerita yang penuh dengan kerahasiaan, cerita yang kalau bisa hanya aku dan Tuhan saja yang boleh tahu, dan cerita yang kalau bisa akan aku simpan sampai akhir hayatku.
To be continued....

Jumat, 28 November 2014

Sedikit Profil Teknik Kimia USU

Sedikit Profil Teknik Kimia USU 
Dan Kegiatan Mahasiswa Teknik Kimia USU ^^

Assalamualaikum...
     Teknik Kimia USU, atau lebih detailnya Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu Departemen dari 7 Departemen yang ada di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Departemen Teknik Kimia berdiri pada tanggal 2 Juli 1979. Karena dulunya Teknik Kimia itu gak ada, yang ada Teknik dan Manajemen Industri. Dan kemudian lahirlah Teknik Kimia pada tanggal 2 Juli 1979 ^^ #owekk,,owekkk ^__^. 

     Ketua Jurusan yang pertama kali sekaligus sebagai pelopor berdirinya teknik kimia adalah Bapak Dr. A.R Hamidi menjabat sejak tahun 1979-1988. Terima kasih bapak karena bapak juga Teknik Kimia bisa berada di USU saat ini #hikss..hikss... >Terharu ^^. 

Oke lanjoottt,,,,
Nah sekarang saya akan sedikit ngasi tau kegiatan apa aj yg dilakukan mahasiswa teknik kimia universitas sumatera utara ^^

Dimulai dari logonya dulu deehh :D

Nah ini dia logo kebanggan saya ^^

Dibawah ini semua kegiatan mahasiswa teknik kimia USU :D




Nah ini foto dies natalis teknik kimia usu kemaren
Sumpah acaranya kereeeennnn bingiiittsss
100 jempol buat panitianya :D

ada lagii.....


Nah dan inilah salah satu laboratorium Teknik Kimia USU

Teknik Kimia USU memiliki 8 laboratorium #setau saya ya,, heheh ^^
diantaranya:
1. Laboratorium Kimia Organik
2. Laboratorium Kimia Fisika
3. Laboratorium Kimia Analisa
4. Laboratorium Mikrobiologi Teknik
5. Laboratorium Proses Industri Kimia
6. Laboratorium Operasi Teknik Kimia
7. Laboratorium Penelitian
8. Laboratorium Ekologi

     Dan ketika anda menginjakkan kaki di Teknik Kimia USU, anda juga akan mencicipi semua Laboratorium tersebut dengan total ratusan modul praktikum #g nyampek segitu ahh.. ^^. 

Okee lanjoot...

     Kayak yang udah saya jabarin pada foto diatas. Kebanyakan agenda mahasiswa Teknik Kimia itu adalah praktikum. Teknik Kimia manapun itu. Kalau saya bilang mahasiswa Teknik Kimia itu luar biasa hebat. Kenapa?? karena semua mereka pelajari, dari proses pembuatan sabun, pembuatan alkohol dari buah2an, pembuatan bahan peledak, pemanfaatan bakteri sebagai energi terbarukan, belajar tentang perekonomian, belajar tentang mikroba, belajar tentang fisika, belajar proses pembuatan biodiesel, hingga belajar tentang pembuatan pabrik milik kita sendiri, WOW sungguh luar biasaaaa brooooo. 
     Hidup mahasiswa teknik kimia juga diwarnai sama yang namanya LAPORAN. Laporan itu udah kyk suatu kewajiban yang harus dikerjakan, dan harus dibawa kemana2. Kyk slah satu foto diatas, kertas berserakan dimana-mana, dan ad yg mengheboh buka2 tas cari laporan. #haha seru looh ^^


     Namun, disamping itu semua bnyak kegiatan yang luar biasa seru yang menutupi semua kesibukan itu. Kayak misalnya Dakwah Wisata. Di acara inilah kita bisa refreshing sepuasnya bareng temen2 sperjuangan. Dan banyak kegiatan lainnya. Udah gtu kita juga bisa seru2an sama abang dan kakak stambuk yang wisuda #agak sedih sebenernya harus ngucapin salam perpisahan :(. 


     Dan disinilah anda akan menemukan keluarga yang baru. Keluarga baru yang isinya adalah orang2 seperjuangan anda. Keluarga yang 4 tahun kedepan akan setia menemani anda setiap saat. Melewati semua masalah, tantangan, dan kondisi yang sulit bersama-sama. Anda tertawa pun bersama-sama, belajar bersama-sama, smwa bersama-sama #kecuali tidur sama ketoilet yaa ^^. Dan berharap, bahkan SANGAT BERHARAP untuk bisa wisuda dan memakai toga bersama-sama nantinya #Amiin ^^. 


     Dan ketika anda sudah memakai toga suatu saat #alias lulus dan wisuda ^^, anda gak usah bingung mau kerja dimana. Semua perusahaan besar siap menampung anda kapanpun anda siap dan bersedia. Seperti Pertamina, Unilever, Chevron, Bridgestone, Inalum dan semua industri perminyakan, perkaretan, dsb akan menerima anda dengan tangan terbuka. Dan semua alumni Teknik Kimia USU sudah tersebar diseluruh perusahaan besar. Di Bridgestone ada, Musim Mas ada, Pertamina ada, dan sebagainya. 


      Dan foto diatas adalah buktinya. Fakultas Teknik USU mengirimkan mahasiswanya yang sudah lulus ke PT. Unilever. Dari 11 nama diatas 6 diantaranya adalah mahasiswa teknik kimia, 2 adalah mahasiswa teknik industri, 1 dari teknik elektro, dan 2 dari teknik mesin. Dari 11 mahasiswa diatas 6 diantaranya adalah mahasiswa teknik kimia. Itu merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi saya sebagai anggota keluarga besar teknik kimia ^^. Dan mereka akan menjalani interview sebagai tahap akhir untuk menjadi anggota keluarga PT. Unilever Oleochemical Indonesia. WUIIIHH kereenn bingiiitt ^^. 
     Mungkin cukup sekian dari saya tentang Teknik Kimia USU dan kehidupan mahasiswanya. Hal terakhir yang ingin saya sampaikan adalah menjalani kehidupan di Teknik Kimia itu kayak pepatah "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian", tidak hanya di teknik kimia, di semua teknik berlaku pepatah tersebut. Kenapa saya katakan begitu? karena kehidupan di teknik itu luar biasa berat. Perlu usaha yang sangat keras dan luar biasa yang disertai doa untuk bisa bertahan hingga toga diatas kepala. 
   TAPI!! setelah anda keluar sebagai ST alias Sarjana Teknik, YAKIN lah anda tidak akan mendapatkan gelar PENGANGGURAN. Semua perusahaan besar pasti akan mencari anda, bukan anda yang mencari mereka. Apa lagi anda berprestasi ketika menjadi mahasiswa, itu merupakan nilai plus tersendiri untuk anda dimata mereka. 
     Jadi, ketika anda masuk teknik, kepalkan tangan anda, kuatkan tekad anda, dan katakan dalam hati AKU BISAA!! gantungkan mimpimu sejauh 2 cm diatas dahi anda #bukan 5cm lagi ^^. Agar anda selalu melihatnya kapanpun dan dimanapun, dan selalu ingat untuk bisa mencapainya. Dan jangan lupa untuk tetap BERDOA kepada yang maha kuasa, karena sesuatu perbuatan akan terlaksana dengan baik bila ada yang namanya DOA ^^. 
     Sekian dari saya, wassalam ^^. 
>>Teknik Kimiaaaaa!!!! REAKSIKAAANN!! ^^

Rabu, 15 Oktober 2014

Penuh tanya

Antara keren atau enggak sih. Persentase dipotong-potong dan si Ibuk menjelaskan bla...bla...bla... "Okeh lanjoot" kata beliau. Penyaji menjelaskan lagi "bla...bla...bla..." "Maap tunggu sebentar, bla...bla...bla..." Dan Si Ibuk motong lagi. Gitu terus sampek kelas usai.
Eh sorenya temen2 pada heboh buat blog. Hahahha mau ngapain?? Mw curhat kali yaaa kayak gua ahahah. -____-

Wallpaper untuk I-Phone